Dibaca: 221
Konawe – Kota Kalosara sebagai identitas Kota Unaaha bukan yang lain atau tidak tergantikan. Bukan kota tanpa identitas. Ibu Kota Kabupaten (Kendari) Konawe dirancang oleh pendahulu sebagai kota kalosara dengan pusat ibu kota Inolobunggadue berbentuk melingkar dihubungkan oleh rantai jalan maupun rantai wilayah pemerintahan dibawahnya.
Pusat perkantoran memusat di Unaaha (sebagai sentral) kemudian menghubungkan wilayah fery fery. Pusat Kebudayaan, semua aktivitas manusia semuanya terhubung kepada budaya.
Kota Kalosara sebagai konsep identitas Kota Unaaha. memiki konsep politik tradisional dengan konsep pemerintahan kekinian. Konsep pemerintahan memusat ke daerah. Patron masyarakat adat Tolaki adalah Kalosara yang mengatur tatanan kehidupan manusia suku tolaki. Dari memusat kemudian menyebar pola pembangunan fokus dan menyeluruh.
Konsep konsentrik Kota dari pusat ke pinggiran dan pedalaman. Lingkaran konsentrik dari hulu ke hilir. Konsep medulu mepokoaso sebagai spirit pembangunan Kabupaten Kendari tertuang dalam kalosara.
Lingkaran kalo dihubungkan jaring- jaring delapan penjuru mata angin. Dari ibu kota sebagai sentral menghubungkan wilayah Kecamatan dan Desa.
Kota dan cakupannya dan evolusi. Kota Unaaha bukan Kota padi. Wonua artinya negeri dan bukanlah kota. Bahkan tidak cocok jika diartikan.
Kedudukan Inolobunggadue pada masa lalu berada di tengah atau pusat jika diperhatikan dari wilayah Siwole Mbatohuno dan kedudukan Pitutula Batuno Konawe beserta kedudukan pejabat Kerajaan, lokasi inolobunggadue sebagai titik pusat atau sentral dari penjuru wilayah Konawe.
Salah satu sejarawan dan budayawan tolaki Dr. Basrin Melamba, S.Pd, MA mengatakan, jika membuka buka site plan Kota Unaaha memusat terlihat menyebar mengikuti kota konsentrik. Sama hal dengan konsep pemerintahan kerajaan Konawe memakai konsep konsentrik.
Artinya, Kota Unaaha sebagai keberlanjutan konsep ibu Kota Kerajaan Konawe. Dari kota kuno menjadi kota modern.
“Ibu kota memiliki identitas lokal bukan identitas lainnya Konawe sebagai pusat wilayah Unaaha sebagai pusat ibu Kota Kerajaan dan Kabupaten,” ungkap Basrin Melamba yang juga Peneliti Universitas Haluoleo.
Lanjut Basrin Melamba, hampir setiap kota kuno di nusantara kemudian menjadi ibu Kota memiliki identitas budaya seperti Sumbu Filosofis Yogyakarta.
“Pasca perjanjian Giyanti 1755, Pangeran Mangkubumi membangun Keraton sebagai bagian tata kota yang diciptakan berdasar filosofi yang begitu mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan antar manusia. Konsep rancangan kota merupakan cerminan perjalanan daur hidup manusia sejak lahir sampai mati, yang tertuang dalam Sumbu Filosofi yang menghubungkan Panggung Krapyak – Keraton – Tugu Pal Putih,” ucap Basrin Melamba.
Lebih dalam Basrin Melamba menjelaskan, jika melihat kantor daerah atau jalan perkantoran ada bundar tiga buah jalan melingkar, kantor menghadap ke arah makam Mokole Lakidende, meletakkan Unaaha sebagai Kota Kalosara dengan melalui rapat pembesar tolaki dan tokoh adat melalui perenungan filosopis dan histori.
“Masih ada saksi zaman Bupati Andrey Djufri, SH, Ketua Bappeda Drs. H. Razak Porosi meletakkan Unaaha Kota Kalosara dengan melalui rapat pembesar tolaki dan tokoh adat melalui perenungan filosopis dan histori,” jelas Basrin Melamba.
Kota Inolobunggadue dihubungkan oleh Sungai Konawe’eha sebagai pusat peradaban dan identitas nama Kerajaan. Disamping Kota Inolobunggadue berdiri istana Raja bernama Laika aha (rumah besar)( Paulus, 1917).
Juga dilengkapi dengan tempat permandian raja di Lalobalongga, tempat menangkap ikan Raja disebut Rano mopuro dan sumur raja atau ahua Mokole kedudukan sekarang di Kelurahan Mata Iwoi. Adapun tata kota kuno, batas batas wilayah ibu kota kerajaan dapat dibaca dalam laporan penelitian tim kami.
![Kota Kalosara, Identitas Konawe yang Tidak Tergantikan](https://sultraberkabar.com/wp-content/uploads/2024/08/113c132d-478d-417f-83c2-b6fdaf787700-300x225.jpeg)
Gambaran Kedudukan Pusat Pemerintahan sekaligus ibu Kota dan Tempat Tinggal. Raja di Komplek Inolobunggadue Unaaha atau Laronii berada di tengah dikelilingi wilayah. Unaaha sebagai pusat konsentris dari wilayah Kerajaan Konawe. Sumber: Archirlef NAN Nederlandsch, 1890. (Koleksi foto Basrin Melamba).
Kota kalosara ini telah dikuatkan oleh beberapa tokoh adat seperti H. Abdul Ginal Sambari, S.Sos., M.Si, anggota DPRD Konawe sekaligus ketua LAT Konawe. Ginal menegaskan bahwa konawe bukan kota, karena Konawe sejak dahulu kala leluhur telah meletakkan dasar bahwa Konawe adalah Wonua Kalosara.
“Pertama saya ingin sampaikan bahwa Konawe bukan kota. Konawe sejak dahulu kala leluhur kami telah meletakkan dasar bahwa Konawe adalah Wonua Kalosara. Konawe ini adalah pusat peradaban suku Tolaki, Budaya-budaya suku Tolaki itu hanya ada di Konawe dan selebihnya di mekongga, “ tegas Ginal Sambari.
Seperti yang dikatakan tokoh pemuka adat tolaki Sultra, Drs. Bisman Saranani, M.Si, dirinya merupakan pelaku sejarah filosofi dan histori kota kalosara sebagai konsep konsentrik.
“Saya selalu ikut rapat perencanaan tata kota Unaaha, sebab Ur.Nokke Pati arsiteknya tinggal dirumah (alm) H. Wuata Saranani, dan saya selalu mengantarnya ke unaaha kalau tidak salah tahun 1982/1983,” terangnya.
Tidak ada komentar